TOMOHON, SULUTPOST – Nasib Efraim Wahyu Kekung (7), warga Kelurahan Taratara Tiga Kecamatan Tomohon Barat yang mengalami kebutaan total usai divaksinasi Corona virus Disease (Covid-19) pada tanggal 23 Pebruari 2022 benar-benar mengkhawatirkan. Pasalnya, anak dari keluarga Kekung-Runtu tersebut tak kunjung dibawa ke Jakarta untuk menjalani operasi mata berdasarkan rujukan dari pihak RSUP Prof Kandou yang sudah berkali-kali kadaluarsa.
Menurut Jein Runtu, ibunda Efraim, Dinas Kesehatan Tomohon sejatinya sudah berupaya pasca kejadian, dan pada bulan Agustus 2022 sudah ada rujukan pertama untuk tindakan Operasi Mata di Jakarta.
“Tapi, sampai masa berlaku rujukan kadaluarsa di bulan Nopember 2022, rencana itu tidak jadi,” ungkap Jein.
Setelah terdiam, kata Jein, ibu Walikota Tomohon dr. Jean d’Arc Karundeng tiba-tiba mendatangi rumah mereka pada bulan April 2023.
“Waktu itu ibu walikota minta semua dokumen medis. Dan ibu walikota sudah janji, dan yakinkan, bahwa anak kami akan segera dibawa ke Jakarta karena dana sudah ada. Kami diminta untuk urus kembali rujukan baru. Tapi lagi, sekarang, rujukan baru itu sudah habis, dan janji ternyata dusta,” kata Jein.
Apesnya, sikap pemerintah dan manuver istri walikota Tomohon yang terkesan ingin jadi pahlawan sudah diketahui oleh masyarakat luas.
“Pemerintah wajib tanggung jawab karena si anak jadi buta setelah turuti vaksinasi yang dibuat pemerintah. Mana tanggung jawabnya. Mana rasa kemanusiaan pemerintah Tomohon. Kejadian sudah hampir 2 tahun, tapi dananya nda di masukkan di APBD,” ungkap Drs. Johnly Manopo, kemarin.
“Katanya ibu walikota datang pada keluarga dan sudah jamin segera operasi. Mungkin beliau tidak mau berdusta. Tapi beliau lupa kalau dirinya tidak punya kapasitas menentukan anggaran. Ibu walikota sebatas ketua TP PKK dan Ketua PMI Tomohon,” ujar tokoh Masyarakat Tomohon Dolfi Buang Paat.
Terkait hal ini dijelaskan oleh Kepala Puskesmas Taratara dr. Peggy Palit. Ternyata menurutnya, Pemkot Tomohon sama sekali tidak pernah menganggarkannya.
“Maaf pak, memang untuk maksud itu ndak ada anggarannya. Di SIPD nda ada kode rekening untuk masuk kan anggaran tersebut,” ungkap Peggy yang merespon lewat WhatsApp. Kendati demikian, lanjut Peggy, Dinas Kesehatan mencari solusi cepat lewat penggalangan dana pribadi.
“Tapi sekarang kepala Dinas sedang berusaha kumpul-kumpul dana dari dana-dana pribadi. Cuma belum cukup, karena pembiayaannya perlu dana yang besar. Jadi sedang diupayakan ketersediaan dananya,” jelasnya.
Terkini, saat ditemui wartawan sulutpostonline.id, bocah Efraim seperti ingin mengungkap kepedihannya.
“Kapan kita mobalia lagi. Sapa yang mokase balia lagi kita pe mata,” ucap Efraim lirih dan tertunduk. (Joppy Wongkar)
#sulutpost
#sulutpostonlie.id