Jenderal Andika Perkasa, Yudo Margono, Eko Margiyono, dan Fadjar Prasetyo (foto:malangtimes)

4 Profil Petinggi TNI Bakal Calon Panglima TNI Gantikan Marsekal Hadi Tjahjanto

Nasional Terkini Terpopuler TNI

NASIONAL, sulutpostonline.id – Berikut ini adalah 4 (empat) petinggi Tentara Nasional Indonesia (TNI) yang dikabarkan akan menggantikan Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto yang akan memasuki masa pensiun pada November 2021 nanti. Keempat nama petinggi TNI yang disebut-sebut akan menjadi calon Panglima TNI dalam waktu dekat ini. Mereka ialah Jenderal Andika Perkasa, Yudo Margono, Eko Margiyono, dan Fadjar Prasetyo.

Diketahui, saat ini DPR RI sendiri telah menunggu surat dari Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk menyodorkan nama calon Panglima TNI.

Nantinya, setelah nama calon Panglima tersebut masuk ke Senayan, para anggota Dewan akan menggelar uji kelayakan dan kepatutan di Komisi DPR.

Berikut profil masing-masing calon yang digadang-gadang akan menjadi Panglima TNI:

1. Jenderal Andika Perkasa

Jenderal Andika Perkasa lahir di Bandung pada 21 Desember 1964.

Andika merupakan lulusan dari Akademi Milier pada 1987 dengan pangkat Letnan Dua.

Ia menikah dengan Diah Erwiany yang merupakan putri dari mantan Kepala Badan Intelijen Nasional (BIN) A.M. Hendropriyono.

Jejak karir Andika Perkasa

– Lulus dari Akademi Militer dengan pangkat letnan dua pada 1987 dan langsung menjabat sebagai Komandan Peleton Grup 2/Para Komando, Komando Pasukan Khusus (Kopassus) selama 13 tahun.

– Melanjutkan pendidikan ke Sekolah Staf dan Komando Angkatan Darat (Seskoad) lalu lulus dengan predikat terbaik.

– Masuk ke Departemen Pertahanan pada tahun 2000, menjabat sebagai Kepala Seksi Kajian Strategi Hankam, Subdit Jaklak, Ditjakstra, Ditjen Strahan, Departemen Pertahanan, melansir dari data seskoad.mil.id.

– Tahun 2002, ditarik kembali ke Kopassus sebagai Komandan Batalyon (DANYON) 32/Apta Sandhi Prayuda Utama, Grup 3/Sandhi Yudha, Kopassus.

– Tahun 2014, dilantik jabatan bintang 2 alias Mayor Jenderal yakni Komandan Pasukan Pengamanan Presiden (Danpaspampres) selama dua tahun.

– Tahun 2016, diangkat sebagai Panglima Komando Strategis Angkatan Darat (Pangkostrad) menggantikan Letnan Jenderal TNI Agus Kiswanto selama 4 bulan.

Riwayat pendidikan Andika Perkasa

Pendidikan Umum

– The Military College of Vermont, Norwich University (Northfield, Vermont, USA).

– National War College, National Defense University (Washington D.C., USA).

– The Trachtenberg School of Public Policy and Public Administration, The George Washington University (Washington D.C., USA).

Pendidikan Militer

– Akademi Militer (1987)

– Sesarcab Infanteri

– Pendidikan Komando

– Sekolah Staf dan Komando Angkatan Darat (Seskoad) (Lulusan Terbaik Susreg XXXVII 1999/2000)[5]

– Sesko TNI

– Lemhannas RI

Riwayat karier Andika Perkasa

Letnan Dua s/d Letnan Satu

– Komandan Peleton Grup 2/Para Komando, Kopassus (1987)

– Komandan Unit 3, Grup 2/Para Komando, Kopassus (1987)

– Komandan Subtim 2, Sat Gultor 81, Kopassus (1991)

Kapten

– Komandan Tim 3, Sat Gultor 81, Kopassus (1995)

– Komandan Resimen 62, Yon 21 Grup 2/Para Komando, Kopassus (1997)

– Pama Kopassus (1998)

Mayor

– Pamen Kopassus (1999)

– Kepala Seksi Kajian Strategi Hankam, Subdit Kebijakan Pelaksanaan (Jaklak), Direktorat Kebijakan Strategi (Ditjakstra), Ditjen Strahan, Departemen Pertahanan (2000)

– Kepala Seksi Penyusunan, Subdit Kebijakan Pelaksanaan (Jaklak), Direktorat Kebijakan Strategi (Ditjakstra), Ditjen Strahan, Departemen Pertahanan (2001)

– Pamen Mabes TNI-AD (2001)

Letnan Kolonel

– Komandan Batalyon (Danyon) 32/Apta Sandhi Prayuda Utama, Grup 3/Sandhi Yudha, Kopassus (2002)

– Kepala Seksi Intelijen, Korem 051/Wijayakarta, Kodam Jaya/Jayakarta (2002)

– Pabandya IV/Fasdik, Spaban Opsdik, Sdirdik, Kodiklat TNI-AD (2008)

– Kepala Bagian Perencanaan, Sdirum, Kodiklat TNI-AD (2009)

Kolonel

– Sekretaris Pribadi (Sespri) Kepala Staf Umum (Kasum) TNI (2010)

– Komandan Resimen Induk (Danrindam) Kodam Jaya/Jayakarta (2011)

– Komandan Resor Militer (Danrem) 023/Kawal Samudera, Kodam I/Bukit Barisan (2012)

Brigadir Jenderal

– Kepala Dinas Penerangan TNI-AD (Kadispenad) (2013)

Mayor Jenderal

– Komandan Pasukan Pengamanan Presiden (Danpaspampres) (2014)[6]- Panglima Komando Daerah Militer (Pangdam) XII/Tanjungpura (2016)[7][8][9]

Letnan Jenderal

– Komandan Komando Pembina Doktrin, Pendidikan dan Latihan Angkatan Darat (Dankodiklat) (2018)- Panglima Komando Strategis Angkatan Darat (Pangkostrad) (2018)

Jenderal

– Kepala Staf Angkatan Darat (2018) hingga kini.

Harta kekayaan Andika Perkasa

Andika Perkasa memiliki harta kekayaan dengan total RP 179 miliar. Dalam Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN), Andika melaporkan harta kekayaan terakhir pada 20 Juni 2021 lalu.

Harta kekayaan Andika Perkasa berasal dari hal-hal berikut ini:

– Tanah dan bangunan senilai Rp 38.164.250.000 tersebar di Jakarta Timur, Jakarta Pusat, Jakarta Selatan, Sleman, Cianjur, Surabaya, Bogor, Tabanan, Bandar Lampung, Bantul, dan ada pula yang beralamat di Australia dan Amerika Serikat.

Di Amerika, Andika Perkasa tercatat memiliki tiga bidang tanah dan bangunan antara lain tanah dan bangunan seluas 2.223m²/2.736m² Cadbury Ave Potomac MD 20854 senilai Rp 4,5 miliar; tanah dan bangunan seluas 4.875m²/4.832m² di Cedar Croft Lane Bethesda MD 20814 senilai Rp 5 miliar; serta tanah dan bangunan seluas 6.248m²/6.248m² di Alloway Court Potomac MD 20854.

Sementara itu di Australia, memiliki bangunan seluas 76 m² di Allen Street Pyrmont, New South Wales senilai Rp 1,6 miliar.

– Mobil Land Rover Sport 3.0 V6 keluaran tahun 2014 senilai Rp 800 juta.

– Mobil Mercedes Benz Sprinter 315 keluaran tahun 2018 senilai Rp 1,8 miliar.

– Harta bergerak senilai Rp 10,1 miliar

– Surat berharga senilai Rp 2.146.000.000

– Kas dan setara kas Rp 126.985.922.019

2. Laksamana Yudo Margono

Laksamana Yudo Margono merupakan prajurit aktif di TNI Angkatan Laut. Saat ini Yudo telah menjabat sebagai Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal).

Laksamana TNI Yudo Margono, S.E., M.M. lahir di Madiun, Jawa Timur, 26 November 1965.

Pendidikan Yudo Margono

Yudo Margono merupakan alumnus Akademi Angkatan Laut (AAL) angkatan ke-XXXIII/tahun 1988.

Jejak karir Yudo Margono

Begitu lulus, Yudo langsung bertugas di laut, mengawali jejak kariernya dari kapal ke kapal. Karier militernya dimulai dengan menjadi Asisten Perwira Divisi (Aspadiv) Senjata Artileri Rudal di KRI YNS 332.

Selanjutnya, Yudo bertugas sebagai Kadep Ops di KRI Ki Hajar Dewantara 364, lalu Palaksa KRI Fatahilah 361. Setelah itu, jabatan Yudo merangkak menjadi komandan di kapal perang.

Ia mulai menjabat sebagai komandan di kapal patroli KRI Pandrong (801). Selanjutnya ia bergeser menjadi komandan KRI Sutanto (377) sebuah kapal yang didesain untuk peperangan anti kapal selam di perairan dangkal atau pantai.

Terakhir, Yudo menjabat sebagai Komandan KRI Ahmad Yani (351). Jejak Karier Yudo di TNI AL total 16 tahun Yudo bertugas di kapal.

Hingga pada 2004, baru lah Yudo diangkat menjadi Komandan Pangkalan Angkatan Laut Tual, Provinsi Maluku. Tugas itu menurut tni.mil.id diembannya selama 4 tahun sampai 2008.

Kemudian, ia ditugaskan menjadi Komandan Pangkalan Angkatan Laut Sorong. Ia bertugas selama 2 tahun sampai 2010.

Pada 2011, Yudo menjabat Komandan Satuan Kapal Eskorta Komando Armada (Dansatkorarmatim). Masih dari sumber tni.mil.id, di sini Yudo memimpin 21 kapal dalam bebagai jenis, diantaranya, kelas Perusak Kawal Rudal (PKR) 105, kelas Van Speijk yang dilengkapi rudal Harpoon, kelas Corvette dengan kemampuan rudal dan meriam kaliber besar dan kelas Parchim yang berkemampuan anti kapal selam.

Setahun berselang, Yudo kembali digeser menjadi Komandan Kolat Armabar. Pada 2014 ia menjabat Paban II Opslat Sops Markas Besar Angkatan Laut, dan tahun 2015 ia menjabat Komandan Pangkalan Utama TNI AL Belawan.

Lalu pada tahun 2016, Yudo masuk ke jajaran perwira tinggi di Korps Angkatan Laut. Yudo diangkat menjadi Laksamana Pertama dan berhak menyandang satu bintang di bahunya. Yudo juga ditarik ke Jakarta untuk menjadi Kepala Staf Komando Armada RI wilayah Barat (Koarmabar) [kini Koarmada-I].

Setahun bertugas di Koarmabar, ia lantas diangkat menjadi Panglima Komando Lintas Laut Militer. Di sini, ia bertugas memimpin pergeseran kekuatan militer baik pasukan maupun logistik melalui laut di seluruh perairan Indonesia.

Pada 2018, Yudo kembali mendapat promosi dan menyandang dua bintang di bahunya dan menjadi seorang laksamana muda. Ia lantas dipanggil kembali ke Koarmabar untuk menjadi Panglima. Di posisi ini, Yudo bertanggung jawab atas wilayah laut Indonesia di wilayah barat.

Hingga akhirnya pada 2019, Presiden Joko Widodo meneken Keputusan Presiden Nomor 27 Tahun 2019 tentang Pembentukan Komando Gabungan Wilayah Petahanan (Kogabwilhan) dan Peningkatan Status 23 Komando Resort Militer dari Tipe B menjadi Tipe A. Kogabwilhan berperan mengintegrasikan berbagai pangkalan TNI dari tiga matra di seluruh Indonesia. Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto pun mengangkat Yudo Margono menjadi Panglima Kogabwilhan wilayah I yang berkedudukan di Tanjung Pinang, Kepulauan Riau.

Satuan ini bertanggung jawab atas wilayah darat, laut, dan udara di Sumatra, Banten, Jakarta, Jawa Barat, Kalimantan Barat, dan Kalimantan Tengah. Seiring dengan pengangkatan ini, Yudo diangkat menjadi laksamana madya. Jabatan itu bertahan setahun, pada 2020, Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto mengangkat Yudo menjadi Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal) dengan pangkat laksamana.

Harta kekayaan Yudo Margono

Berdasarkan Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN) yang dihimpun Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), per 2020, Yudo memiliki harta kekayaan sebesar Rp11.364.872.854. Ia dilaporkan memiliki 18 properti yang tersebar di Surabaya, Sorong, Bogor, Madiun, dan Tangerang.

Di Surabaya, Yudo memiliki 5 unit properti di antaranya tanah dan bangunan seluas 299m²/246m² senilai Rp1.500.000.000 dan tanah seluas 300m² persegi 1.123.500.000. Total, tanah dan bangunan yang dimiliki Yudo bernilai Rp Rp6.961.855.000.

Yudo juga memiliki sejumlah kendaraan antara lain Mobil Toyota Fortuneer Jeep pada 2012 senilai Rp300 juta, mobil Mitsubishi Pajero Sport Jeep pada 2010 senilai Rp310 juta, dan dua buah motor yang masing-masing bernilai Rp 10 juta.

Selain itu, Yudo memiliki kas dan setara kas senilai Rp 3.408.017.854 serta harta bergerak lainnya senilai Rp 365.000.000.000. Dengan demikian total kekayaan Yudo mencapai Rp 11.364.872.854.

Sebagai perbandingan, pada tahun 2016 saat menjabat sebagai Kepala Staf Koarmabar Yudo melapor memiliki kekayaan sebesar Rp 6.747.025.082.

3. Letjen Eko Margiyono

Letjen TNI Eko Margiyono, lahir di Semarang, Jawa Tengah, 12 Mei 1967, berarti usiannya sekarang 54 tahun. Ia adalah seorang perwira tinggi TNI AD yang sejak 27 Juli 2020 mengemban amanat sebagai Pangkostrad.

Kemudian, pada 2021 ia diangkat sebagai Kepala Staf Umum TNI menggantikan Letjen Ganip Warsito. Ia mengemban pendidikan di Akademi Militer 1989 dari kecabangan Infanteri (Kopassus).

Dilansir dari kodamjaya-tniad.mil.id dan berbagai sumber, Eko Margiyono lama menjalani karirnya di lingkungan Komando Pasukan Khusus (Kopassus) TNI AD.

Riwayat jabatanya:

– Paintelops Den

– Pasi Log Grup 4

– Kasi Log Grup 4

– Kasipers Grup 3

– Pabandya Binpers

– Waaslog

– Waasintel

– Aster Kasdivif 1/Kostrad (2010)

– Dangrup A Paspampres[5] (2010—2012)

– Asops Kasdam Jaya (2012—2014)

– Danrem 061/Surya Kencana[6] (2014—2015)

– Danrem 033/Wira Pratama[7][8] (2014—2015)

– Waasops Kasad (2015—2017)

– Kasdam Jaya (2017—2017)

– Gubernur Akmil (2017—2018)

– Danjen Kopassus (2018—2019)

– Pangdam Jaya (2019—2020)

– Panglima Komando Strategis Angkatan Darat (Pangkostrad) (2020—2021)

Dengan sederet jabatan yang pernah diemban, Letjen Eko Margiyono juga menyabet segudang penghargaan. Berikut rinciannya:

– Bintang Dharma (2020)

– Bintang Yudha Dharma Pratama (2019)[13]

– Bintang Kartika Eka Paksi Pratama

– Bintang Yudha Dharma Nararya

– Bintang Kartika Eka Paksi Nararya

– SL. Kesetiaan XXIV

– SL. Kesetiaan XVI

– SL. Kesetiaan VIII

– SL. GOM VII

– SL. GOM IX

– SL. Dharma Nusa

– SL. Wira Siaga

– SL. Ksatria Yudha

– SL. Seroja

– SL. Dwidya Sistha

Harta kekayaan Eko Margiyono

Berdasarkan Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN) yang dilihat dari laman resmi elhkpn.kpk.go.id, jenderal bintang tiga ini memiliki total harta kekayaan senilai Rp 14.570.747.670 dan tercatat tidak memiliki hutang. Ia melaporkan harta kekayaannya pada 8 Januari 2021.

Eko tercatat memiliki 15 aset tanah dan bangunan yang mayoritas berada di Bogor, Jawa Barat. 3 aset lainnya tersebar di Magelang, Kota Jakarta Selatan, dan Sukabumi, Jawa Barat dengan nilai total yang ditaksir dari aset-aset tersebut yaitu Rp 9.728.540.000.

Kemudian, jenis harta kekayaan Eko lainya, yakni alat transportasi dan mesin. Eko tercatat memiliki tiga unit motor, 1 sepeda Mountain Bike atau MTB dan dua unit mobil.

Jumlah keseluruhan kekayaan Eko dari jenis alat transportasi dan mesin bernilai Rp 1.153.515.000. Eko tercatat memiliki harta bergerak lainnya senilai Rp185 juta.

Lalu, surat berharga senilai Rp 1,5miliar. Kemudian kas dan setara kas senilai Rp1,7 miliar dan terakhir kategori harta lainnya bernilai Rp232 juta.

Berikut rincian jumlah harta kekayaan Eko yang dikutip pada Rabu (26/5/2021) pagi:

Tanah dan Bangunan total: Rp 9.728.540.000

1. Tanah dan Bangunan Seluas 106 m2/30 m2 di Bogor, hasil sendiri Rp 152.592.000.

2. Tanah Seluas 500 m2 di Bogor, hasil sendiri Rp 24.000.000.

3. Tanah Seluas 500 m2 di Bogor, hasil sendiri Rp 573.500.000.

4. Tanah dan Bangunan Seluas 43450 m2/100 m2 di Sukabumi, hasil sendiri Rp 651.750.000.

5. Tanah dan Bangunan Seluas 151 m2/200 m2 di Kota Jakarta Selatan, hasil sendiri Rp 1.650.000.000.

6. Tanah Seluas 500 m2 di Bogor, hasil sendiri Rp 573.500.000.

7. Bangunan Seluas 30 m2 di Bogor, hasil sendiri Rp 354.875.000.

8. Tanah dan Bangunan Seluas 438 m2/195 m2 di Bogor, hasil sendiri Rp 2.075.000.000.

9. Tanah dan Bangunan Seluas 159 m2/144 m2 di Magelang, hasil sendiri Rp 760.000.000.

10. Tanah Seluas 6346 m2 di Bogor, warisan Rp 653.638.000.

11. Tanah dan Bangunan Seluas 8443 m2/354 m2 di Bogor, warisan Rp 905.029.000.

12. Tanah Seluas 3242 m2 di Bogor, warisan Rp 333.926.000.

13. Tanah Seluas 5448 m2 di Bogor, warisan Rp 561.144.000.

14. Tanah Seluas 3700 m2 di Bogor, warisan Rp 381.100.000

15. Tanah Seluas 762 m2 di Bogor, warisan Rp 78.486.000.

Alat Transportasi dan Mesin total: Rp 1.153.515.000.

1. Motor Kawasaki Tahun 2014, hasil sendiri Rp 11.000.000.

2. Motor Honda Tahun 2011, hasil sendiri Rp 3.000.000.

3. Motor Yamaha Tahun 2007, hasil sendiri Rp 1.000.000.

4. Lainnya, Polygon Mtb Tahun 2011, hasil sendiri Rp 500.000.

5. Mobil Toyota Alphard Tahun 2018, hasil sendiri Rp 750.000.000.

6. Mobil Toyota C-HR Tahun 2020, hasil sendiri Rp 388.015.000.

Harta Bergerak Lainnya total: Rp 185.850.000

Surat Berharga total Rp 1.548.286.085.

Kas dan Setara Kas total: Rp 1.722.456.585.

Harta Lainnya total: Rp 232.100.000.

Hutang total:-

Total Harta Kekayaan: Rp14.570.747.670.

4. Marsekal Fadjar Prasetyo

Nama Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) Fadjar Prasetyo juga muncul sebagai salah satu kandidat Panglima TNI. Penyandang Brevet Kopaskhas itu memiliki pengalaman yang tak kalah mumpuni.

Fadjar Prasetyo lahir 55 tahun lalu di Jakarta pada 9 April 1966. Ia lulus dari Akademi Angkatan Udara tahun 1988 dengan pangkat letnan II.

Selanjutnya, ia mengikuti sekolah penerbang dan lulus tahun 1989. Selepas lulus, Fadjar bertugas menjadi penerbang tempur pesawat A-4 Skyhawk di Skuadron 11 Landasan Udara Sultan Hasanuddin, Makassar sejak 1990-1995.

Ia lantas digeser ke Skuadron Udara 17 Landasan Udara Halim Perdanakusuma, Jakarta untuk menjadi perwira penerbang menerbangkan pesawat VIP jenis B-737 dan F-28. Selanjutnya, karier Fadjar akan ada di sekitar Lanud ini.

Fadjar kemudian bertugas di berbagai kesatuan Angkatan Udara. Ia pernah menjadi instruktur penerbang di Skuadron Pendidikan 01 Landasan Udara Adi Sutjipto, Wakil Danyon III Resimen Chandradimuka Akmil.

Jejak Karier KSAU Fadjar Prasetyo

Fadjar Prasetyo kembali ditugaskan ke Lanud Halim Perdanakusuma untuk menjadi Danflight A dan Kadisops Skadron Udara 17, dan Kepala Seksi Angkutan Lanud Halim Perdana Kusuma. Terakhir ia dipromosikan menjadi Komandan di Skuadron Udara 17.

Lalu ia digeser menjadi Kepala Sub Dinas SAR/VAL di Dinas Keselamatan Terbang dan Kerja Angkatan Udara sebelum ditunjuk menjadi atase udara di Malaysia. Pada 2013, Fadjar yang telah berpangkat Kolonel Penerbang kembali ke Lanud Halim untuk menjadi Komandan Wing 1 Lanud Halim Perdanakusuma.

Sebagaimana dikutip dari tni-au.mil.id, Fadjar bertugas memimpin pembinaan teknis sejumlah skuadron, antara lain skuadron udara 31 sebagai angkut berat, skuadron udara 2 sebagai angkut ringan, skuadron udara 17 sebagai angkut VIP dan VVIP serta Skadron Udara 45 VVIP.

Fadjar kembali digeser keluar dari Lanud Halim untuk menjadi Paban VI/Binprof di Sopsau, kemudian pada Agustus 2016 ia menduduki Direktur Pendidikan dan Latihan di Komando Pembinaan Doktrin, Pendidikan dan Latihan Angkatan Udara.

Ia lalu masuk ke dalam jajaran marsekal di Angkatan Udara dengan pangkat marsekal pertama. Pada Oktober 2016. Ia pun kembali ke Halim untuk diangkat menjadi Komandan Landasan Udara Halim Perdanakusuma menggantikan Marsma TNI Sri Mulyo Handoko.

Jabatan itu diembannya selama dua tahun, Fadjar lantas diangkat menjadi Panglima Komando Operasi Angkatan Udara II dengan pangkat marsekal muda Februari 2018. Di sini, Fadjar bertanggung jawab tas wilayah udara Indonesia bagian timur.

Tak sampai setahun, Fadjar digeser menjadi Panglima Komando Operasi Angkatan Udara I sampai 2019. Kali ini, ia bertugas menjaga wilayah udara Indonesia bagian barat, meliputi seluruh Sumatra, Kalimantan Barat, DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah dan Yogyakarta. Fadjar dianggap sukses dalam posisi ini.

Lalu pada Oktober 2019, Marsekal TNI Yuyu Sutisna, S.E., M.M., mengapresiasi kinerjanya. Prestasi yang dicapai oleh Marsda TNI Fadjar Prasetyo yang disebutkan saat itu adalah kesuksesan dalam berbagai tugas operasi. Di antaranya operasi Lintas Rajawali, Tangkal Rajawali, Kawal Rajawali, Sayap Rajawali, Lintas Udhaya, serta latihan Jalak Sakti, dimana semuanya terlaksana dengan predikat zero accident.

Fadjar juga disebut berhasil membawa Koopsau I membantu pemerintah dalam berbagai bidang sosial kemanusiaan. Seperti Operasi Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC), menangani kebakaran hutan dan lahan di Sumatera dan Kalimantan, penanggulangan bencana gempa bumi di Palu, serta evakuasi korban unjuk rasa di Wamena.

Program lain yang ikut ditanganinya antara lain Pembinaan Potensi Dirgantara (Binpotdirga), melalui program karya bakti, baik dalam bentuk bedah rumah, renovasi tempat ibadah, operasi mata katarak, pengobatan gratis, serta pemberian paket sembako bagi masyarakat yang membutuhkan di berbagai daerah yang menjadi wewenangnya.

Pada 2019, Presiden Joko Widodo meneken Keputusan Presiden Nomor 27 Tahun 2019 tentang Pembentukan Komando Gabungan Wilayah Petahanan (Kogabwilhan) dan Peningkatan Status 23 Komando Resort Militer dari Tipe B Menjadi Tipe A.

Kogabwilhan berperan mengintegrasikan berbagai pangkalan TNI dari tiga matra di seluruh Indonesia. Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto pun mengangkat Fadjar menjadi Panglima Kogabwilhan wilayah 2.

Fadjar bertanggung jawab atas wilayah darat, laut, dan udara Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Sulawesi, Bali, NTB, NTT, Jawa Tengah, DIY, dan Jawa Timur. Hingga akhirnya, Fadjar mencapai puncak karirnya di TNI AU pada Mei 2020 kala Presiden Joko Widodo mengangkat Fadjar menjadi Kepala Staf Angkatan Udara melalui Keputusan Presiden Nomor 31 tahun 2020.

Selain itu, Jokowi juga mengangkat Fadjar menjadi perwira tinggi Angkatan Udara dengan pangkat marsekal dengan Keputusan Presiden Nomor 35 tahun 2020.

Harta kekayaan Fadjar Prasetyo

Menurut Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN) yang dihimpun oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Fadjar Prasetyo memiliki total kekayaan mencapai Rp 12.173.843.169. Lebih rinci, ia dilaporkan memiliki 9 tanah dan bangunan dengan total nilai Rp 8.767.500.000.

Fadjar memiliki tanah dan bangunan seluas 219m²/200m² di Jakarta Timur senilai Rp 3,5 miliar serta tanah dan bangunan di Jakarta Selatan hasil warisan seluas 418 m²/193 m² senilai Rp 4,8 miliar, sementara 7 properti lainnya tersebar di Cianjur.

Ia juga dilaporkan memiliki sejumlah kendaraan mewah, antara lain mobil Toyota Alphard X 2.4 tahun 2014 senilai Rp 210 juta dan mobil Toyota New Camry tahun 2014 juga senilai Rp 210 juta.

Menurut LHKPN, Fadjar memiliki kas atau setara kas senilai Rp 2.932.343.169 serta harta bergerak lainnya senilai Rp 139 juta.

(SP/Malangtimes)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *