Paus Fransiskus Melakukan Perjalanan Apostolik ke-35 ke Mediterania Timur

Headline Mancanegara Terkini

MANCANEGARA, SULUT POST – Pemimpin Gereja Katolik sedunia, Paus Fransiskus melakukan perjalanan apostolik ke-35 ke wilayah Mediterania Timur.

Melansir Vatikan News, Paus Fransiskus memulai perjalanan apostoliknya yang ke-35 tersebut terhitung mulai 2-6 Desember 2021.

Bagian pertama dari kunjungan apostolik Paus Fransiskus ialah negara Siprus.

Setelah 2 hari di SiprusPaus Fransiskus akan melanjutkan perjalananan atau kunjungan ke Yunani sebelum terbang kembali ke Roma pada hari Senin mendatang.

Setelah 3 jam lamanya mengudara dengan pesawat dari Roma, akhirnya pesawat kepausan mendarat di Bandara Larnaca Siprus pada pukul 15:00 sore.

Nunsius Apostolik untuk Siprus Uskup Agung Tito Yllana menaiki tangga untuk menyambut Paus di dalam pesawat.

Menunggunya di karpet merah di landasan di kaki tangga adalah Ketua DPR, Annita Demetriou, ditemani oleh 3 anak dalam pakaian tradisional, yang mempersembahkan karangan bunga sebagai sambutan. Hadir juga beberapa pejabat Gereja.

Usai para prajurit mempertunjukkan musik band, Paus dan Presiden DPR memperkenalkan anggota delegasi masing-masing.

Tidak hanya itu, hadir pula di landasan anak-anak yang memegang bendera Vatikan dan Siprus, yang disambut Paus sambil bersorak: “Kami mencintaimu”.

Salah satunya memegang spanduk dengan tulisan, “Paus Fransiskus, simbol perdamaian”.

Kemudian, Paus Fransiskus dibawa sekitar 50 kilometer dengan mobil Fiat 500 ke Katedral Our Lady of Graces di ibu kota Nicosia, tahta Keuskupan Agung Katolik Maronit di Siprus, di mana ia akan berbicara kepada para imam, religius, diakon, katekis, dan asosiasi gerejawi dan pergerakan Siprus.

Perlu diketahui bahwa kunjungan Paus Fransiskus tersebut merupakan kunjungan kedua Paus ke Siprus setelah Paus Benediktus XVI tahun 2010.

Motto perjalanan Paus Fransiskus ke pulau Mediterania kali ini adalah, “Saling Menghibur dalam Iman”, diambil dari Surat Pertama Santo Paulus kepada Timotius. Kisah Para Rasul menjelaskan bahwa nama Santo Barnabas berarti “putra penghiburan”.

Delapan puluh persen dari 850.000 penduduk Siprus adalah orang Kristen, dengan umat Katolik berjumlah sekitar 38.000, atau sekitar 4,47 persen dari keseluruhan populasi.

Muslim sendiri terdiri 2 persen. Sebagian besar orang Siprus mengidentifikasi diri mereka sebagai Ortodoks Yunani. Banyak orang Kristen menelusuri akar mereka ke Tentara Salib yang menetap di sana setelah jatuhnya Yerusalem pada abad ke-12.

St. Paulus singgah di Siprus pada abad pertama Masehi dan mengubah gubernur Romawi pulau itu Sergius Paulus menjadi Kristen.

Pekan lalu, Bapa Suci merilis pesan video kepada orang-orang Siprus dan Yunani di mana ia menyampaikan beberapa poin perihal kunjungannya.

“Saya sedang bersiap untuk datang sebagai peziarah ke tanah Anda yang megah, diberkati oleh sejarah, budaya dan Injil,” kata Paus pada 27 November.

Beliau mengatakan bahwa ia datang kepada mereka dengan sukacita, tepatnya atas nama Injil, di jejak para misionaris besar pertama di negeri-negeri itu, khususnya Rasul Paulus dan Barnabas.

“Adalah baik untuk kembali ke asal dan penting bagi Gereja untuk menemukan kembali sukacita Injil,” katanya.

Kunjungan kedua negara tersebut bernuansa ekumenis. Selain akan memperkuat iman komunitas Katolik kecil, paus mengatakan bahwa beliau juga akan bertemu dengan para pemimpin lokal Gereja Ortodoks dalam “persaudaraan apostolik”.

Menggambarkan Siprus sebagai “pos terdepan Tanah Suci di benua itu” dan “Yunani, rumah budaya klasik,” paus mengatakan kunjungannya akan menjadi kesempatan untuk minum dari mata air kuno Eropa.

Negeri Eropa, katanya, tidak bisa mengabaikan Mediterania, yang telah menyaksikan penyebaran Injil dan perkembangan peradaban-peradaban besar.

Namun, ia menyesalkan bahwa hari ini Laut Mediterania telah menjadi kuburan besar, dengan pengungsi dan migran ditelan gelombang saat mereka melarikan diri dari perang dan kemiskinan.

“Sebagai peziarah ke mata air kemanusiaan,” kata Paus.

Beliau pun menuturkan bahwa dirinya akan mengunjungi kembali para migran dan pengungsi di pulau Lesbos Yunani, dengan keyakinan bahwa “sumber kehidupan bersama hanya akan berkembang kembali dalam persaudaraan dan persatuan”.

 

sumber: papuabarat.pikiran-rakyat.com

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *