KOTAMOBAGU,SULUTPOST-Pemerintah Kota (Pemkot) Kotamobagu melalui Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A) melaksanakan trauma Healing kepada anak-anak terdampak musibah, Senin 14 Oktober 2024.
Kegiatan tersebut digelar pasca terjadinya musibah kebakaran di Keluraban Gogagoma, Kecamatan Kotamobagu Barat.
Kepala Dinas P3A Kotamobagu Sarida Mokoginta, SH melalui Kepala Bidang Perlindungan Hak Perempuan, Perlindungan Khusus Anak, Pemenuhan Hak Anak, Marini Mokoginta, M.Psi menyampaikan terkait kegiatan yang dilaksanakan pihaknya yang di gelar di halaman Mesjid Agung Baitul Makmur Kotamobagu tersebut.
“Kami melaksanakan kegiatan trauma healing ini kepada sepuluh anak terdampak musibah kebakaran. Namun setelah melihat kondisi yang ada, anak – anak ini masih bisa tidur dengan nyenyak, masih bisa bermain dengan baik. Dengan kondisi ini, tingkat trauma dari anak – anak tidak terlalu tinggi dibandingkan dengan musibah banjir yang pernah terjadi. Ini dikarenakan pada saat kebakaran terjadi, anak – anak ini tidak ada di tempat, sehingga mereka tidak melihat kejadian itu secara langsung,” terang Marini.
Dikatakan Marini, bahwa ada satu anak yang sangat terlihat kesedihannya yakni cucu dari korban meninggal. Dia masih menangis, dan kehilangan opa, itu sangat membekas.
Marini menyampaikan bahwa trauma healing yang dilaksanakan tersebut guna menggali semua hal yang dirasakan anak- anak terdampak, sekaligus tindakan yang dilakukan untuk mengatasinya.
“Meskipun dari tingkat trauma tidak terlalu dirasakan, namun menurut Marini pihaknya akan terus memantau kondisi anak – anak dan akan menunggu perkembangan selanjutnya untuk kegiatan serupa “ujarnya.
Bahkan ucap Marini, menyikapi kondisi akibat musibah kebakaran tersebut, saat ini hal yang dikhawatirkan adalah meningkatnya stres dari para orangtua, karena peristiwa ini tentunya membawa dampak tersendiri dari berbagai aspek baik secara fisik, ekonomi maupun psikologis sehingga akan berdampak nantinya terhadap anak-anak.
“Kami berharap kedepan para korban tidak hanya diberikan penghiburan namun perlu dibuka Posko Konseling Psikologi bagi para orangtua. Ini untuk mengantisipasi trauma yang dirasakan, karena secara ekonomi mereka ambruk, mata pencarian habis, rumah tempat tinggal tidak ada, bagaimana anak – anak mereka bisa bersekolah, dan lain sebagainya, mereka akan memulai dari nol. Jadi harapan kami posko Konseling dapat dibuka,” tandasnya.(**)