TOMOHON SULUT POST – Demonstrasi Damai di Kantor Sinode Gereja Masehi Injili di Minahasa (GMIM) Provinsi Sulawesi Utara kembali memanaskan Kota Tomohon pada Jumat (04/02/2022).
Disokong oleh Serikat Buruh Sejahtera Indonesia (SBSI) Wilayah Sulawesi Utara, ratusan Pegawai Rumah Sakit Bethesda (RSB) berkonvoi dari halaman menuju kantor Sinode, untuk menyampaikan tuntutan mereka.
Massa yang dikawal oleh puluhan personil Militer Kodim 1302 Minahasa dan Polres Kota Tomohon hanya sampai di halaman kantor, karena tidak ada pejabat BPMS yang berani keluar.
“Kami SBSI Korwil Sulut ada disini, karena para Pegawai RSB yang sementara berjuang untuk merebut hak mereka merupakan bagian dari SBSI,” ungkap Ketua Korwil SBSI Sulut Lucky Sanger.
Diketahui, aksi ini merupakan bagian dari drama perseteruan pegawai RSB dengan Yayasan Medika GMIM yang tega memberhentikan 3 Direksi berprestasi.
Dalam orasi yang dilakukan secara bergantian, para demonstran mencela sikap BPMS yang dikendalikan oleh Pendeta Hein Arina.
“Bukannya merespon masalah yang mempertaruhkan nasib ratusan jemaat mereka sendiri, tapi para petinggi disini justru lompat dan lari menghindar lewat belakang gedung,” ucap Adlyn Pitoy.
Menyikapi ini, orator John Pada menegaskan tuntutan, agar Yayasan dan BPMS mengembalikan posisi Diretur Dr. dr. Ramon Amiman dan dua wakil Direktur yaitu dr. Ellaine Wenur dan dr. Maryo Moningka.
“Jika hari ini para petinggi Sinode tidak merespon, kami akan datang kembali dengan kekuatan yang jauh lebih besar,” ancam John yang disambut massa dengan lagu “Tak tersembunyi Kuasa Allah”.
Orator lain membeber sejumlah tindakan Yayasan dan BPMS yang tidak mencerminkan Kasih.
“Disini ada tulisan RIP Kasih, karena di tempat ini Kasih telah binasa. Para pegawai Rumah Sakit yang mengerjakan Kasih justru dikorbankan oleh petinggi gereja. Mereka seperti sapi perahan dan gaji mereka ditahan. Merek dipaksa tanda tangani pakta integritas, baru boleh dapat gaji,” kata Frans.
Semangat massa tak surut ditengah hujan rintik-rintik. Tiba-tiba ada Pegawai yang berteriak minta Yayasan di audit.
“Untuk tahun 2021 Yayasan harus di audit. Uang 12 miliar yang harusnya masuk ke RSB untuk operasional mereka paksa ambil. Tidak tahu uang yang sangat banyak itu mereka kemanakan,” kata Bruri.
“Dana operasional rumah sakit diblokir. Para pasien terancam tak punya biaya. Ini tindakan luar biasa BPMS untuk mempertahankan posisi mereka,” ujarnya.
Diketahui, ada 4 tuntutan yang diminta pihak demonstran yaitu: Kembalikan Direksi lama, Pembersihan nama baik direksi, Pengelolaan Keuangan kembali ke-RSB, dan pembayaran gaji karyawan tanpa syarat penanda tanganan pakta.
Setelah lama berorasi, sekitar pkl. 12.oo WITA, pimpinan SBSI meminta massa untuk kembali, karena sudah ada suruhan menyampaikan kesiapan BPMS untuk berdialog pada Senin tanggal 7 Februari 2022. (Joppy Wkr)