TOMOHON, SULUT POST – Ratusan pekerja Rumah Sakit Bethesda (RSB) Tomohon Provinsi Sulawesi Utara terancam melarat jika masalah yang terjadi di Rumah Sakit milik Gereja Masehi Injili di Minahasa (GMIM) ini tidak diselesaikan.
Hal itu disampaikan oleh sejumlah pegawai RSB pada Kamis (03/02/2021).
“Yang kami tahu, menejemen Rumah Sakit tinggal menggunakan dana cadangan untuk membayar gaji pegawai, karena rekening sudah diblokir. Kami tahu dana cadangan itu tidak lama akan habis, dan kami terancam tak dapat gaji,” ungkap Jean dan Jolandy Runtuwene.
“Mungkin Yayasan mau menghukum para Pegawai pembela para direksi yang dicopot dengan cara memblokir rekening. Ini siasat tidak manusiawi,” kata Stevry.
Walaupun terancam melarat, Stevry cs, mengaku tetap kukuh pada sikap mereka.
“Kami tetap menolak direksi pengganti selama dokter Amiman, Moningka dan Wenur belum habis masa tugas mereka. Kami siap berkorban untuk melawan kesewenang-wenangan Yayasan Medika yang disetir oleh BPMS,” tegas mereka.
Sebelumnya, hal ini disampaikan oleh Bidang Hubungan Masyarakat (Humas) RSB Franny Walangitan.
“Pegawai RSB berjumlah 480-490 tambah 200-an pensiunan, yang harus digaji tiap bulan. Padahal rekening sudah diblokir oleh Sinode. Syukur ada dana cadangan yang bisa digunakan untuk sementara. Jika dikali 3 orang dalam keluarga, maka ada sekitar 2.500 jiwa terancam terlantar. Apakah petinggi Sinode memikirkan itu ?,” ungkap Walangitan.
Walaupun demikian, lanjut Franny, seluruh jajaran RSB tetap bersikukuh dengan 3 tuntutan mereka.
“Tetap menolak kehadiran direksi baru. Pertama, menuntut kembalikan direksi kami, kedua, pemulihan nama baik direksi, ketiga, kembalikan dana operasional untuk kembali dikelola oleh pihak RSB,” tegasnya.
Soal kepemimpinan, lanjut Franny, RSU saat ini ibarat anak Ayam kehilangan induk.
“Direksi terutama 2 wakil tetap datang tapi dalam kapasitas pegawai biasa. Dalam situasi ini, sebagai Humas, saya diminta untuk jadi penjembatani dan mengkoordinasikan aktifitas RSB,” jelasnya.
Diketahui, diawal tahun 2022 situasi RS Bethesda yang berada dipusat Kota Tomohon menjadi kacau balau setelah Yayasan Medika GMIM selaku pengelolah tiba-tiba menerbitkan Surat Pemberhentian kepada Dr. dr. Ramon Amiman sebagai Direktur, dr. Maryo Moningka, SpRad (Penunjang Medis) dan dr. Ellaine Wenur, MKes (Pelayanan Medik dan Keperawatan).
Pemberhentian mengejutkan ini memicu gelombang penolakan para Pegawai. Menjadi sangat alot karena pihak Yayasan tidak mau menggubris penolakan tersebut.
“Kami tidak akan menanggapi penolakan ini kerena keputusan telah diambil oleh pengurus Yayasan Medika berdasarkan arahan dan keputusan dalam Rapat Pembinan,” ungkap Ketua Yayasan Medika Windy Lukas.
Pemberhentian, lanjut Lukas, telah diawali dengan teguran berulang-ulang pada akhir 2021 dan awal 2022.
“Yayasan berhak mengambil keputusan terbaik untuk masa depan Bethesda.,” tegasnya. Masalah rumit ini jadi sorotan ratusan ribu warga GMIM termasuk para Pelayan Khusus (Pelsus).
“Ini keputusan sepihak yang harus disikapi bijak oleh warga GMIM. Pihak-pihak terkait harus duduk satu meja untuk menyelesaikannya. Ini juga harus jadi bahan evaluasi,” ungkap Eddy Rompas, salah satu Pelsus GMIM dari jemaat Petra Kinilow.
“Juga sebagai Pelsus GMIM, saya melihat hal yang riskan dalam masalah ini. Secara fisik, kita melihat kemajuan dan prestasi baik pimpinan RSB yang harusnya membanggakan GMIM. Tapi dalam situasi yang terjadi ini, jelas sangat tidak baik bagi semua warga GMIM,” pungkas Rompas. (Joppy)