TOMOHON, SULUT POST – Setelah dilantik menjadi Walikota dan Wakil Walikota Tomohon Provinsi Sulawesi Utara pada Jumat, 26 Pebruari 2021, Carol Senduk, SH dan Wenny Lumentut, SE (CS-WL) secara efektiv baru mulai bertugas pada Senin, 01 Maret 2021.
Lalu, apa kata publik, kaitan hubungan dan capaian mereka selama dua tahun memimpin Kota Sejuk Tomohon.
Menurut pengamat politik Drs. Johnly Manopo, keduanya sudah melewati masa “kritis” dalam hal harmonisasi.
“Ya, merujuk fakta, kebanyakan pasangan pemimpin daerah langsung pecah kongsi selepas 1 tahun kepemimpinan mereka. Tapi CS-WL mampu menjaga chemistry sampai hari ini. Luar biasa,” ungkap Manopo.
“Sayang, saat ini banyak orang dibawahnya sementara mempermalukan keduanya,” tambah Manopo.
Soal kekompakan yang tetap terjaga, dibenarkan oleh Lineke Syenie Watoelangkow, SSi, MAP.
“Dorang dua tetap baku bae sampe sekarang. Ini luar biasa, karena untuk menjaga kekompakan sangat sulit,” ujar Wakil Walikota Tomohon periode 2005-2010 ini.
“Hanya saja, mereka belum konsen dalam mengurus lingkungan dan budaya. Demikian juga perbaikan infrastruktur. Contoh, jalan Panunuzaen yang masuk kompleks kami sangat rusak, sudah 2 tahun diusulkan tapi tetap dibiarkan. Lingkungan semrawut masih banyak saya lihat. Harusnya CS-WL langsung ganti para Lurah atau Camat yang tidak serius menangani lingkungan diwilayahnya.,” ujar penerima penghargaan Kalpataru bidang Lingkungan Hidup ini.
Penilaian dan peringatan dikemukakan oleh Hanny Meruntu.
“Soal hubungan, CS-WL terkadang tidak harmonis karena ada orang ke tiga yang selalu mengganggu urusan mereka,” ungkap salah satu pemerhati politik yang sangat objektiv dalam memberikan penilaian ini.
“Soal kinerja selama 2 tahun memimpin, tentunya harus dilihat, sudah sejauh mana realisasi visi-misi sebagaimana yang disampaikan pada janji politik, juga pada pakta integritas,” kata Meruntu.
Menurutnya, itu masih jauh dari maksimal. Bahkan dalam hal reformasi birokrasi, masih tersaji konsep tebang pilih.
“Ada beberapa pejabat eselon 2b yang tidak tersentuh, padahal masih dilantik oleh Walikota Eman pada beberapa tahun lalu. Juga, lebih banyak kisah politik dari TS dan partai pendukung, yang sikap mereka banyak merugikan citra CS-WL,” pungkas Meruntu.
Kritikan keras disampaikan oleh Deddy Runtu. Mantan kepala pasar Tomohon tahun 2003-2007 ini menyasar sejumlah fakta miris yang berkecamuk di Pasar Wilken Tomohon.
“Pasar bukan cuma pusat perdagangan tapi sudah menjadi pusat percikan politik terbesar di Tomohon saat ini. Kebijakan penataan dan penertiban Pasar telah melahirkan banyak kisah pilu yang membuat masyarakat menyalahkan CS-WL sebagai aktor dibelakangnya. Satu contoh, ratusan pedagang temporer yang umumnya warga kurang mampu harus terusir seperti penjahat dalam kebijakan penertiban,” ujar Deddy.
“Minimal ada 5 pedagang temporer di 44 kelurahan yang kemudian menceritakan dikampungnya, soal derita mereka yang dikejar-kejar saat cari nafkah di pasar. Nama CS-WL makin tidak populer di Pasar ini,” ujar Deddy.
Dipihak lain, praktisi Hukum, Nico Supit, SH, memberikan respek kepada CS-WL yang harus menahan sabar karena realisasi janji politik mereka jadi terkendala oleh teknis kelembagaan.
“Banyak yang mengkritik CS-WL karena dianggap tidak sepenuhnya merealisasi dana Lansia atau insentiv perangkat misalnya. Padahal, ini terjadi karena anggarannya terpangkas di parlemen yang didominasi oleh anggota DPRD dari pihak kontra partai penguasa,” ungkap Supit.
” Keduanya pasti tetap harmonis sampai akhir kepemimpinan, apalagi pak Wawali Wenny Lumentut tidak bakal jadi lawan pak Wali Carol di Pilkada 2024, karena pak Wenny cuma ikut Caleg DPR-RI,” pungkas Ketua Ormas Adat MTI Kota Tomohon ini. (Joppy Wkr)