Heboh,,,, Tatapan Kemarahan Petugas Lomba Solo Hapsa Yang Bikin Sok Tamu

Tomohon

TOMOHON, SULUT POST – Sampai Minggu Siang (12/06/2022), pelaksanaan berbagai jenis Lomba dalam rangka Hari Persatuan (HAPSA) Pria/Kaum Bapa (P/KB) Gereja Masehi Injili di Minahasa (GMIM) sementara berlangsung seru di wilayah Kakaskasen kecamatan Tomohon Utara.

Ribuan peserta dan ofisial dari seluruh wilayah GMIM di 7 Kabupaten/Kota di Sulawesi Utara menjejali venue-venue pertandingan yang tersebar di beberapa kelurahan seperti Kakaskasen Raya, Kinilow Raya, Kayawu dan Wailan. Sejumlah pejabat kabupaten/kota dan provinsi Sulawesi Utara turut larut dalam kegembiraan, apalagi ivent ini menjadi salah kegiatan besar pertama dimasa Pandemi Coronavirus Disease (Covid-19).

Sayangnya, ada sejumlah peserta dan oficial mengaku alami situasi yang sangat tidak mengenakkan di venue Lomba Solo.

“Tadi malam ada panitia disini yang membuat saya takut. Dia haga (menatap) pa kita dengan kebencian, cuma karena saya berusaha mengambil foto utusan jemaat kami yang ikut Lomba Solo. Itu laki-laki tinggi besar kulit hitam manis,” ungkap Diana, siang tadi.

“Panitia melarang ambil foto, okey. Tapi memandang bengis kepada orang yang cuma maksud ambil foto, itu sangat keterlaluan. Dia itu yang badannya tinggi berkulit agak gelap yang haga kita rupa penjahat,” jelas Diana yang ikut rombongan salah satu jemaat Wilayah Manado Selatan.

Hal itu dibenarkan oleh salah satu rombongan dari wilayah Manado Timur II. “Cuma mo bafoto. Itu toh, peserta sudah selesai menyanyi. Kenapa harus dilarang. Betul, ada salah satu petugas yang terlihat sangat kasar dari pandangannya. Kita bawa hp untuk ambil foto, tapi dia haga kita rupa musuh. Ya, cuma yang orang satu itu, karena yang lain santun waktu balarang,” ungkap Berce yang tak menyebutkan marganya.

Wartawan langsung menanyakan hal ini kepada salah satu petugas. “Memang dilarang sekali ambe foto. Kami hanya jalankan petunjuk. Cuma panitia yang boleh memfoto, dan hasilnya diserahkan pada peserta yang akan membayarnya. Jadi cari dana. Karena kalau peserta sudah memfoto, ya, panitia tidak bisa dapat dana,” jelas Theyu.

Sementara itu, Ketua Panitia Lokal, Ferry Pojoh, SPd menjelaskan, bahwa larangan pemotretan bukan kebijakan Panitia Lokal.

“Jadi larangan itu bukan kebijakan kami. Tapi ini aturan yang ditetapkan oleh Pokja, dan tidak boleh dilanggar,” ujar Pojoh.

Hal ini, jelas Pojoh, sebagai antisipasi penyebar luasan foto atau vidio dari penonton yang bisa mempengaruhi penilaian.

“Pertimbangannya diaspek teknologi handphone yang bisa disebar sebagai pembandingan penilaian tim Juri. Padahal putusan juri tak bisa diinterfensi,” terang Pojoh. (Joppy Wkr)

 

#sulut post #sulutpostonline.id

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *