TOMOHON, SULUT POST – Akibat dari pertikaian tajam antara Yayasan Medika Gereja Masehi Injili di Minahasa (GMIM) dengan Pegawai Rumah Sakit Bethesda (RSB) makin parah.
Terkini, pihak menejemen RSB mulai pontang panting cari jalan keluar untuk memenuhi kebutuhan pasien, seperti obat-obatan, makanan dan lain-lain. Pasalnya, menejemen mengalami krisis keuangan karena dana Operasional diblokir oleh Yayasan yang di back-up penuh oleh Badan Pekerja Majelis Sinode (BPMS).
“Dana operasional, termasuk untuk pengadaan kebutuhan pasien sudah diblokir oleh Yayasan. Yang kita gunakan sekarang adalah dana cadangan,” ungkap Bagian Hubungan Masyarakat (Humas) Franny Walangitan, kemarin.
Bersyukur, Franny menjelaskan, Badan khusus yang menangani gerakan peduli RSB, sudah direspon oleh masyarakat umum.
“Banyak masyarakat yang peduli dengan masalah ini. Bantuan sembako terus berdatangan. Makanan, obat-obatan, APD dan lain-lain sudah bisa tercukupi. Kami berterima kasih sekali pada semua pihak yang telah menunjukkan kepedulian mereka,” ujar Franny.
Dari pantauan Sulut Post di Posko Bantuan yang berada di bagian kiri pintu utama RSB, bantuan tidak hanya datang dari warga Jemaat GMIM tapi juga dari masyarakat umum.
“Ya, bantuan dari perseorangan jemaat GMIM dan masyarakat umum, termasuk yang bukan GMIM. Mereka membawa beras, gula pasir, ikan, sayur dan lain-lain,” ungkap Susane Ontorael.
Menariknya, ada juga warga non Kristen yang rela memberikan bantuan.
“Luar biasa pertolongan Tuhan. Ada dari Muslim yang bawa bantuan. Ya, dari NU,” ujar Jolandy Runtuwene dengan mata berkaca-kaca.
“Percaya atau tidak, ada keluarga pasien yang diam-diam membawa bantuan tapi tidak mengatakan kalau anaknya dirawat disini,” tambah Joice.
Kondisi memilukan ini dikritisi keras oleh banyak pihak.
“Ini kejadian sangat menyedihkan. Kondisi yang diciptakan oleh oknum-oknum pelayan GMIM di Sinode. Ini sejarah kelam. Pimpinan BPMS seperti tak punya Kasih layaknya penjahat,” ungkap Jimly L, salah satu Penatua di Wilayah Tanawangko III.
Senada dikatakan oleh Olga Kilala, warga Langowan yang sementara menjenguk saudaranya yang dirawat di RSB.
“Kalau ketua Sinode dan pejabat BPMS yang mengatur Yayasan Medika masih punya Kasih, pasti mereka mengalah dulu. Tapi sepertinya mereka tidak punya hati dan mungkin iman bermasalah,” cetus Kilala.
Diketahui, masalah ini berawal dari tindakan Yayasan Medika yang tiba-tiba memberhentikan Direktur RSB dr. Ramon Amiman dan dua wakil Direktur yaitu dr.Eilen Wenur dan dr. Mario Moningka pada pertengahan bulan Januari 2022 lalu.
Putusan sepihak yang diarsiteki oleh BPMS ini ditolak keras oleh Pegawai dan Karyawan yang jumlahnya 480-490 orang. Mereka menolak penon-aktivan ini karena ketiganya sudah sukses memajukan RSB yang sebelumnya berantakan oleh beragam masalah. Selain itu, jabatan mereka nanti berakhir pada akhir tahun 2024. (Joppy Wkr)